Soko Berita

Ustad Moch.Fadlani Salam: Cara Mendapatkan Syafaat dari Al Quran? Inilah Penjelasannya

Agar Al Qur’an kelak menjadi penolong (syafa’at) kita, caranya adalah kita harus berinteraksi dengan Al Qur’an dari mulai membaca, menghafal, memahami.

By Deri Dahuri  | Sokoguru.Id
17 Maret 2025

Kedudukan Al Quran di sisi Allah menjadikan mampu memberi syafaat atau pertolongan kepada manusia di akhirat kelak dengan izin-Nya. (Ist/Islami.co)

SOKOGURU: Kedudukan Al Qur’an di sisi Allah menjadikan mampu memberi syafaat atau pertolongan kepada manusia di akhirat kelak dengan izin-Nya. 

Sebagaimana sabda Rasulullah saw: "Bacalah Al Qur`an, karena ia akan datang memberi syafa'at kepada para pembacanya pada hari kiamat nanti”

“Bacalah Zahrawain, yakni surat Al Baqarah dan Ali Imran, karena keduanya akan datang pada hari kiamat nanti, seperti dua tumpuk awan menaungi pembacanya, atau seperti dua kelompok burung yang sedang terbang dalam formasi hendak membela pembacanya.”

”Bacalah Al Baqarah, karena dengan membacanya akan memperoleh barokah, dan dengan tidak membacanya akan menyebabkan penyesalan, dan pembacanya tidak dapat dikuasai (dikalahkan) oleh tukang-tukang sihir." (HR. Muslim No.1337).

Baca juga: Ustad Moch. Fadlani Salam: Ramadhan Sebagai Latihan Sempurna dalam Manajemen Konflik Rumah Tangga

 

Ustad Moch.Fadlani Salam. (Dok.Pri)

Namun ternyata, untuk mendapatkan syafaat Al Qur’an ini tentu ada persyaratannya, yakni dengan menghindari sikap yang tidak disukai oleh al-Qur’an itu sendiri, yaitu al-hajru dan al-hajaru.

Sikap al-hajaru atau hajrul qur’an, ini disebutkan dalam surat al-Furqan ayat 30, Allah swt berfirman: “Berkatalah Rasul: "Ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku menjadikan Al Quran itu mahjura (sesuatu yang tidak diacuhkan)".

Ibnu Katsir menjelaskan bahwa hajrul quran adalah apabila dibacakan ayat Al Qur’an mereka banyak membuat kegaduhan dan sibuk dengan pembicaraan-pembicaraan lain yang melalaikan mereka, mereka tidak mendengarkan dan berpaling dari Al-Qur’an. 

Selain itu, yang termasuk hajrul quran juga adalah tidak mengimani, tidak mau mentadabburinya, tidak memenuhi perintah-perintah yang terdapat di dalamnya, dan tidak menjauhi larangan-larangannya. Sehingga tidak mau menjadikan al-qur’an sebagai pedoman hidup.

Baca juga: Ustad Moch.Fadlani Salam: Gapai Berkah Ramadhan Melalui Kelola Keuangan Keluarga

Adapun sikap yang kedua ada al-haraju, yaitu sikap penghinaan dengan menjadikan Al Qur’an sebagai sesuatu yang batil. Ini dijelaskan oleh Allah swt seperti sikapnya orang kafir. 

Allah swt berfirman: “dengan menyombongkan diri terhadap Al Qur’an itu dan mengucapkan perkataan-perkataan keji terhadapnya di waktu kamu bercakap-cakap di malam hari”. (Al-Mu’minun: 67).

Baca juga: Ustad Moch.Fadlani Salam: Makna Shalat, Sebuah Jalan Menuju Ketenangan Hati

Di antara yang termasuk pada sikap ini yaitu, yang menyatakan bahwa Al Qur’an adalah produk budaya Arab yang tidak cocok jika diterapkan di luar Arab sesuai perkembangan zaman. Juga menjadikan Al Quran untuk melegitimasi perbuatan atau keyakinan yang tidak benar. Itu semua merupakan bentuk penghinaan terhadap Al Qur’an. 

Oleh karena itu, agar Al-Qur’an kelak menjadi penolong (syafa’at) kita, caranya adalah kita harus berinteraksi dengan Al Qur’an dengan baik dan benar, dari mulai membaca, menghafal, memahami atau mentadabburi-nya, dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari kita. Sehingga fungsi dan tujuan Al Qur’an akan benar benar dirasakan. (Ustad Moch.Fadlani Salam/SG-2)